Menurut pilot komersial Amerika Serikat, Dan Levin, terjadinya guncangan bukanlah karena pesawat rusak, melainkan adanya arus udara di atas langit. "Seperti air, udara juga memiliki arus. Arus udara biasanya lebih kencang di atas area pegunungan," katanya, seperti dikutip Huffingtonpost, Jumat (1/2/2013).
Selain itu, kadang arus udara di langit berbenturan satu sama lain, dan menyebabkan guncangan di pesawat. "Terutama bila terjadi badai ataupun keadaan cuaca lainnya," tutur Levin. Adanya pergerakan awan juga menyebabkan turbulence dalam pesawat. Terutama bila awannya adalah jenis awan cumulus, yang tampak seperti kapas tebal.
Saat terjadi turbulence, pesawat biasanya akan sedikit 'terlempar' hingga beberapa ratus kaki. Inipun bila guncangan yang terjadi akibat badai besar ataupun berada di udara di atas pegunungan yang tinggi.
Setiap pesawat memiliki alat untuk mendeteksi adanya guncangan yang disebut AIRMET. Dengan ini, pilot akan dibantu untuk menghindari atau setidaknya meminimalisir penyebab guncangan.
Guncangan dalam pesawat biasanya tidak berbahaya, namun inilah sebabnya penumpang diminta untuk selalu mengenakan sabuk pengaman. Jadi bila terjadi guncangan, mereka tidak akan cedera ataupun terbentur.
Berikut ini tiga tipe turbulensi pada pesawat terbang seperti yang dikutip dari laman Popular Mechanics:
1. Turbulensi Selama Badai
Pola cuaca konvektif atau badai menurut pilot dan ahli meteorologi merupakan satu-satunya turbulensi yang dapat dilihat. Arus naik dan turun yang kuat di pusat badai dapat mendorong pesawat ke atas atau turun sebanyak 6.000 kaki.
"Anda tidak bisa melalui mereka. Anda harus menjauh dari badai," ujar Rob Bendall selaku Kepala Pilot maskapai Virgin America.
Turbulensi terburuk terjadi di tengah badai, biasanya antara 12.000 sampai 20.000 kaki. Badai dan turbulensi dapat meningkat setinggi 50.000 kaki, jauh di atas batas tertinggi pesawat yakni antara 30.000 sampai 40.000 kaki. Prakiraan cuaca, radar, dan laporan terkini dari bandara dan pesawat lain dapat membantu pilot mengarahkan pesawat dengan jelas pada cuaca terburuk.
Cuaca buruk bukanlah unsur paling berbahaya dalam penerbangan yang melewati badai. Bencana ini mendatangkan bahaya lain, seperti petir dan hujan batu es yang dapat memecah jendela kokpit atau merusak mesin.
2. Turbulensi di Gunung
Saat angin kencang bertiup mengarah ke pegunungan, udara mengalir dari puncak gunung menghasilkan turbulensi dalam bentuk gelombang saat mencapai sisi lain gunung. Proses ini sama seperti gelombang laut yang memecah pada sisi karang yang terendam.
Turbulensi ini tidak dapat terlihat jelas. Pilot dapat mengantisipasi "gelombang gunung" saat mereka terbang di atas gunung. Para pilot seharusnya sudah paham dengan potensi bahaya ini. Saat kondisi pesawat aman dari gelombang gunung, ada peringatan lain yakni "gelombang awan" lenticular.
3. Turbulensi Tak Terduga
Jenis paling berbahaya dari turbulensi yakni Clear Air Turbulence (CAT). Turbulensi ini tidak terlihat dan datang tanpa diduga. Ancaman ini bisa menimpa kapan saja selama penerbangan.
Salah satu penyebab utama CAT yakni batas antara aliran jet dan gerakan udara yang lambat berdekatan dengan pesawat. Batas tidak terlihat ini memberikan kejutan. Ancaman terberat mengarah pada penumpang yang melepas sabuk pengaman saat pesawat melintasi area ini.
"Jika anda terbang di udara yang terlihat jelas, Anda tidak akan mengindikasi masalah ini sama sekali," ujar Bendall.
Jika pesawat telah melewati daerah depan pesawat Anda, pilot mungkin akan menerima peringatan sebelum turbulensi terjadi.
"Saya tidak berpikir pesawat terbang pernah pecah dalam penerbangan karena turbulensi," ujar Bendall. "Pesawat didesain mengatasi kejadian turbulensi yang parah," dia melanjutkan.
Tanggungjawab terhadap penumpang merupakan kunci untuk keselamatan saat pesawat terkena turbulensi, khususnya turbulensi yang datang tanpa diduga. Itu berarti pasanglah sabuk pengaman Anda, sama seperti himbauan pilot dan pramugari pada kapan saja Anda sedang duduk.
Bendall menyarankan wisatawan yang melancong dengan pesawat untuk tidak hanya melakukan itu saja. "Hal terbaik dilakukan yaitu jangan berkeliaran di lorong pesawat," katanya.
"Lakukan apa yang perlu Anda lakukan. Kemudian, kembali ke tempat duduk dan kenakan sabuk pengaman. Ketika Anda masih terbang di udara dengan 500 mil per jam, sesuatu bisa terjadi," ujarnya.
Sumber : http://www.ripiu.info
Tidak ada komentar:
Posting Komentar